Gagal Lolos ke Piala Asia U-23 2026, Begini Rapor Trio Naturalisasi di Timnas Indonesia U-23
Mimpi Timnas Indonesia U-23 untuk kembali berlaga di Piala Asia U-23 2026 harus pupus di babak kualifikasi. Kekalahan krusial membuat Skuad Garuda Muda gagal meraih tiket ke turnamen utama. Di tengah kekecewaan ini, sorotan tajam tertuju pada para pemain naturalisasi yang diharapkan menjadi tumpuan. Tiga nama—Ivar Jenner, Rafael Struick, dan penyerang baru yang digadang-gadang—memikul ekspektasi besar, namun rapor mereka menunjukkan performa yang beragam.
Rapor Ivar Jenner: Motor yang Terisolasi
Ivar Jenner datang dengan reputasi sebagai gelandang muda berbakat. Di babak kualifikasi, ia memang menunjukkan kelasnya. Sebagai motor di lini tengah, Ivar memiliki visi bermain yang matang. Umpan-umpan akurat dan kemampuannya menjaga tempo permainan sering kali menjadi awal dari serangan berbahaya. Ia juga tak kenal lelah dalam membantu pertahanan. Kontribusinya dalam mengalirkan bola dari belakang ke depan patut diacungi jempol.
Namun, Ivar terlihat seperti motor yang bekerja sendirian. Ia sering terisolasi. Kurangnya dukungan dari gelandang lain membuat Ivar harus berjuang keras sendirian. Ia sering kehilangan bola karena harus membawa bola terlalu lama. Lawan pun tahu Ivar adalah pemain kunci. Mereka menempel ketat dirinya. Rapor Ivar secara individu bisa dibilang bagus, tetapi ia tidak mampu mengangkat performa tim secara keseluruhan. Beban yang terlalu berat membuat kreativitasnya tidak maksimal.
Rapor Rafael Struick: Pekerja Keras yang Tumpul
Sebagai penyerang, Rafael Struick adalah salah satu pemain yang paling rajin. Ia tidak pernah lelah melakukan pressing ke pertahanan lawan. Gerakannya lincah dan ia sering menciptakan ruang untuk rekan-rekannya. Ia adalah tipe pemain yang sangat merepotkan pertahanan lawan. Namun, ada satu kekurangan fatal yang terus menghantui: penyelesaian akhir.
Selama kualifikasi, Rafael Struick punya beberapa peluang emas. Namun, ia gagal mengonversinya menjadi gol. Ia sering terlambat menembak atau tembakannya tidak akurat. Lini depan Timnas U-23 terlihat kurang tajam. Ketergantungan pada Rafael, yang juga tidak terlalu produktif, menjadi salah satu penyebab utama kegagalan. Rapor Rafael mungkin menunjukkan kerja keras dan dedikasi, tetapi sebagai penyerang, hasil akhir adalah segalanya.
Rapor Sang Penyerang Baru: Belum Padu
Selain Ivar dan Rafael, ada satu lagi pemain naturalisasi yang diharapkan bisa menjadi solusi di lini depan. Namun, penampilannya juga jauh dari kata meyakinkan. Penyerang ini memiliki postur tinggi dan fisik yang kuat. Ia diharapkan bisa menjadi target man di kotak penalti. Sayangnya, ia belum bisa beradaptasi dengan gaya permainan tim. Ia terlihat bingung dan tidak memiliki koneksi yang baik dengan pemain lain. Ia juga seringkali kehilangan bola.
Kurangnya chemistry tim dan waktu adaptasi yang minim membuat performanya tidak maksimal. Kedatangannya tidak langsung mengubah lini depan menjadi lebih tajam. Rapornya menunjukkan bahwa ia butuh lebih banyak waktu untuk menyatu dengan tim. Proses adaptasi memang tidak bisa instan.
Analisis Keseluruhan: Masalah Tim, Bukan Individu
Kegagalan Timnas U-23 ke Piala Asia U-23 2026 bukanlah kesalahan satu atau dua pemain saja. Ini adalah masalah tim secara keseluruhan. Para pemain naturalisasi memang datang dengan ekspektasi tinggi, tetapi mereka bukanlah “obat mujarab”. Mereka justru menyoroti masalah yang lebih dalam. Masalah itu adalah kurangnya koordinasi tim dan strategi yang tidak efektif.
PSSI dan tim pelatih kini harus mengevaluasi total program pembinaan usia muda. Kehadiran pemain naturalisasi adalah bonus, bukan solusi utama. Tim harus dibangun dari fondasi yang kuat. Kerjasama tim, taktik yang jelas, dan mentalitas yang kuat adalah kunci untuk sukses di masa depan. Kegagalan ini adalah pelajaran berharga. Ini adalah momen untuk merefleksi dan memperbaiki diri demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih baik.